Sumbangan Indonesia Untuk Dunia

Pramoedya
Ananta Toer lahir pada tahun 1925 di Jawa tengah tepatnya di daerah Blora.
Dengan kurun waktu yang sangat panjang, bisa dikatakan bahwa separuh hidup nya
dihabiskan dengan mendekam di penjara. Hal itu terjadi pada tiga era
pemerintahan, yaitu pemerintahan kolonial dimana Pram ditahan selama 3 tahun
penjara, orde lama 1 tahun, dan di masa orde baru ia melalui 14 tahun paling
melelahkan di masa hidupnya. Bahkan selama masa orde baru ia sempat mengalami
empat kali pemindahan tempat tahanan yakni pada tanggal 13 Oktober 1965-Juli
1969, Pulau Nusa Kambangan pada Juli
1969-12 November 1979, Magelang/Banyumanik pada November-Desember 1979) dan
semua itu ia jalani tanpa proses pengadilan. Semua kejadian itu sebagian karena
tulisan nya yang membuat pemerintah saat itu geram dan tuduhan atas keterlibatan
dalam G30SPKI, hingga akhirnya pada tanggal 21 desember 1979 ia dibebaskan
karena secara hukum tidak bersalah dan tidak terlibat dalam gerakan terlarang
itu. Namun penjara tidak pernah menghalangi semangat nya bahkan walau sejengkal
untuk tetap menulis. Bahkan dari balik jeruji besi pula karya-karya masterpiece dari tangan dinginnya lahir,
dan karyanya yang paling sukses dan lahir dari tempat ini adalah Tetralogi
pulau Burunya (Bumi Manusia. Anak Semua
Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca). Kisah tersebut menceritakan
perjuangan seorang terpelajar bernama Minke yang merupakan warga pribumi yang
melawan kesewenang-wenangan pemerintah kolonial saat itu. Di bukunya yang
berjudul Anak Semua Bangsa,
digambarkan sang tokoh utama (Minke) yang melakukan observasi dan turun ke akar
rumput yang mencari spirit lapangan dan kehidupan arus bawah pribumi melawan
kedigdayaan raksasa Eropa. Berkat karya tersebut inspirasi dalam memperjuangkan
keadilan di tengah kewenangan penguasa lahir. Salah satu quotesnya yang sangat
terkenal adalah “Dalam hidup kita, cuman satu yang kita punya, yaitu
keberanian. Kalau kita tidak punya itu, lantas apa harga hidup kita ini”. Kisah-kisah
dalam karya tulisnya memang banyak melahirkan inspirasi tentang perjuangan,
keberanian, dan keadilan dalam hidup.

Namun
dalam perjalanan kariernya sebagai penulis, hidupnya juga tak lepas dari aral
melintang. Dimana pada masa orde baru serangan pada dirinya melalui media cetak
selalu tertuju pada dirinya. Kontroversi juga tak lepas dari dirinya dimana
ketika penghargaan Ramon Magsaysay Award banyak penulis yang menyampaikan
protes kepada yayasan yang memberikan penghargaan tersebut. Alasan mereka
adalah Pram tidak pantas mendapatkan penghargaan itu karena tuduhan mereka
dalam keterlibatan Pram dengan lembaga kebudayaan sayap kiri di masa lalu yaitu
LEKRA. Pram berpulang menghadap kepadaNYA pada April 2006 karena sakit yang
dideritanya.

Sumber & Ilustrasi : Wikipedia, Anak Semua Bangsa.
itu.. kreteknya kondisikan
BalasHapusenak boss
Hapus