Perang opini antar media dalam aneksasi Crimea



Dalam setiap konflik yang terjadi dengan melibatkan antar negara, media menjadi sarana yang sangat diandalkan masyarakat guna memperoleh informasi mengenai berita aktual berkenaan dengan hal tersebut. Namun media juga berguna sebagai alat untuk menggiring opini publik dalam setiap permasalahan. Maka dari itu terdapat media independen dan non independen, dimana media non inpenden biasanya memuat berita yang cenderung mewakili pihak tertentu. Tidak terkecuali pula sebuah negara, dimana setiap negara memiliki media nasional yang dalam setiap beritanya juga mencerminkan representatif dari negara tersebut. Maka tak pelak jika satu negara dengan negara lainnya mengalami konflik sengketa, media nasional dari masing-masing negara itu pun saling berlomba-lomba untuk menyampaikan berita yang disampaikan ke masyarakat Internasional mengenai konflik yang terjadi berdasarkan perspektif dari masing-masing negara mereka.
Hal ini terjadi ketika negara Russia melakukan aneksasi terhadap wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang sebelumnya berada di teritori negara Ukraina, yaitu semenanjung Crimea. Menurut KBBI aneksasi adalah pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) orang (negara) lain untuk disatukan dengan tanah (negara) sendiri. Proses pencaplokan wilayah ini mencapai puncaknya ketika pasukan bersenjata dengan seragam hijau yang diidentifikasikan oleh banyak pihak sebagai militer Russia menduduki gedung majelis tinggi Crimea. Hingga pada akhirnya diangkatlah pemerintahan pro Russia yang dipimpin oleh Sergey Aksyonov untuk memimpin Crimea.
Selama proses aneksasi berlangsung yang juga terjadi beberapa kerusuhan hingga berakhir dengan referendum yang dilakukan rakyat Crimea, perang opini antar media dari media Ukraina dan Russia pun tak kalah sengit. Masing-masing memuat berita yang sesuai dari masing-masing perspektif berdasarkan kepentingan nasional masing-masing negara pula. Dengan adanya perang opini yang dilakukan media dari kedua belah pihak tersebut, membuat masyarakat Internasional yang juga mengikuti perkembangan kasus tersebut melalui media menjadi sulit menentukan ada dimanakah kebenaran berpihak? Dalam kasus ini kita akan melihat contoh mengenai perang opini antara media “Russia Today” atau yang biasa dikenal dengan sebutan “RT” dengan media asal Ukraina yaitu “Ukraine Today”. Kedua media tersebut saling memuat berita bahkan hingga memuat dokumenter mengenai perkembangan konflik tersebut dengan perspektif berbeda sesuai dengan kepentingan nasional negara mereka masing-masing. Kita akan memulainya dari berita yang dimuat oleh pihak Russia Today, dimana media tersebut memuat berita tentang perkembangan konflik berdasarkan perspektif  Russia. Dalam sebuah liputan dan dokumenternya, Russia Today menampilkan liputan tentang rakyat Crimea yang menginginkan referendum dilakukan segera dan memisahkan diri dari Ukraina dan kembali bergabung dengan negara federasi Russia. Seorang jurnalis dari Russia Today yang meliput di lapangan mengatakan bahwa tidak ada lagi kekuatan dari pihak Ukraina yang mengontrol wilayah baik Crimea maupun Sevastopol, dan hal ini membuktikan bahwa pemerintahan Ukraina tidak sah lagi di wilayah tersebut. Liputan tersebut juga menampilkan keadaan di suatu tempat di Crimea dengan kondisi rakyat Crimea yang berkumpul untuk menyampaikan aspirasi mereka untuk melakukan referendum untuk kembali bergabung dengan negara federasi Russia. Dari perspektif ini kita bisa melihat jika dalam kasus aneksasi Crimea ini, pihak Russia berada di pihak yang benar. Namun bagaimana dengan berita yang disampaikan oleh Ukraine Today? Perbedaannya sangat nampak. Ukraine Today bahkan memuat berita dan dokumenter dengan judul yang eyecatching, yaitu “‘Operation Crimea’ documentary chronicles Russian seizure of Ukraine’s Crimean peninsula”. Dalam liputan tersebut terlihat ketika banyak kekacauan terjadi akibat gejolak politik di wilayah Crimea, pasukan militer Ukraina yang ingin mengendalikan situasi dihadang oleh sekelompok pasukan bersenjata lengkap tak dikenal. Tanpa klarifikasi siapa pun, pihak Ukraine Today menganggap jika dilihat dari kendaraan tempur dan persenjataannya, itu adalah pasukan Russia. Selain itu pihak Ukraine Today juga merekam konvoi kendaraan lapis baja yang tak dikenal itu dengan nomor registrasi kendaraan yang berasal dari Russia yang artinya liputan ini menyampaikan informasi bahwa Russia adalah dalang dari semua kejadian ini. Dengan kata lain pihak Ukraine Today menyampaikan informasi kepada para pemirsa nya bahwa kejadian yang terjadi di semenanjung Crimea adalah murni karena intervensi pihak Russia.
            Dari contoh kasus aneksasi Crimea ini, kita dapat melihat bahwa media juga dapat dijadikan “senjata” oleh sebuah negara sekalipun dalam menghadapi suatu konflik. Karena peran media internasional yang terus memberikan informasi mengenai perkembangan konflik tersebut, walaupun akhirnya Crimea jatuh ke tangan Russia, banyak pihak yang menentang pencaplokan wilayah secara sepihak yang dilakukan oleh Russia tersebut. Sementara itu rakyat Russia dan masyarakat Crimea yang pro referendum pun menganggap bahwa ini adalah kemerdekaan Crimea dari dominasi Ukraina akibat opini publik yang terus dibentuk sedemikian rupa oleh media Russia. Pada akhirnya kita dapat melihat bahwa dalam hubungan internasional antar negara media memiliki perannya sendiri yang tidak bisa pula dipandang sebelah mata. Terbukti dari respon masyarakat internasional yang menanggapi kasus ini hingga terseret ke DK PBB, semua ini tak terlepas juga dari peran media.

Sumber : YouTube, Wikipedia
Ilustrasi : Google & YouTube

Komentar

  1. Kerennn! story juga ilustrasinya :)
    Cover both sides.
    Kata Martin Luther: "If u want to change the world, pick ur pen & write..."

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Guru sang Revolusioner