Guru sang Revolusioner

            6 Juni 1901, tidak ada yang spesial di hari itu, namun siapa sangka pada hari itu lahir seorang bayi yang akan menciptakan tonggak sejarah besar bagi negara yang saat itu bernama Hindia Belanda. Bung Karno, sosok presiden pertama republik Indonesia yang telah mengorbankan segenap jiwa dan raganya dalam berdirinya bangsa ini. Pemimpin yang sangat dicintai rakyatnya, tidak hanya itu, bahkan rakyat dari setiap negara yang dikunjunginya pun selalu berkumpul dan mengelu-elukan dirinya dalam setiap kunjungan kenegaraannya. Mendapat julukan sebagai “sang proklamator”, Soekarno telah melalui jalan terjal yang sangat panjang dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dari lapas Banceuy hingga Sukamiskin adalah saksi bisu perjuangan Bung Karno muda di masa kolonial. Akhir masa kependudukan Jepang merupakan momentum besar bagi dirinya dalam perjuangannya untuk menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang merdeka. Salah satu sumbangsihnya yang terbesar dan hingga kini dijadikan pedoman hidup bangsa ini adalah Pancasila. Di jalan Pegangsaan Timur no 56 suatu naskah proklamasi dibacakan oleh dirinya dan menandakan kemerdekaan Indonesia. Pada 18 Agustus 1945, Soekarno dilantik sebagai presiden pertama Republik Indonesia.
            Kuba, 13 Agustus 1926 seorang pejuang revolusi yang membawa Kuba menjadi bangsa yang “berdikari” lahir. Fidel Alejandro Castro Ruz memulai perjuangan revolusinya diawali dengan penyerbuan barak militer di Moncada, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk penjarahan senjata yang akan digunakan oleh pasukan gerilyanya dalam menggulingkan rezim diktator, Fulgencio Batista. Namun upaya ini menemui kegagalan hingga mengakibatkan beberapa pengikutnya dieksekusi mati dan dirinya di vonis bui selama 15 tahun. Namun upayanya akhirnya berhasil setelah melalui berbagai pertempuran dari Los Coloradas hingga Sierra Maestra, yang akhirnya juga menggulingkan Eulogia Cantillo seorang jenderal yang menggantikan posisi Batista sebelumnya. Hingga pada masa kepemimpinannya, Kuba menjadi negara yang membuka akses seluas-luasnya pada rakyatnya untuk memperoleh akses kesehatan  dan pendidikan yang digratiskan oleh negara dengan sistem sosialisnya.
            Pada 13 mei 1960, peristiwa yang sangat bersejarah bagi hubungan Indonesia dan Kuba terjadi. Kedua pemimpin kharismatik tersebut bertemu. Pertemuan ini terjadi ketika Soekarno melakukan kunjungan balasan ke Kuba setelah sebelumnya delegasi Kuba pimpinan Che Guevara berkunjung ke Indonesia. Dalam kunjungannya ke Kuba, setibanya di Havana Soekarno mendapat sambutan yang luar biasa dari rakyat Kuba dan disambut dengan teriakan “Viva President Soekarno”. Dalam pertemuannya, kedua tokoh revolusi tersebut saling bertukar pikiran. Baik Bung Karno maupun Fidel Castro sama-sama memiliki cita-cita untuk menjadikan negara mereka menjadi negara yang mandiri, bebas dari dominasi asing, dan tidak tergantung siapa pun. Dalam pertemuan itu pula, Fidel Castro yang usianya terpaut 25 tahun lebih muda dari Soekarno menganggap bahwa Bung Karno adalah gurunya. Dalam pembicaraannya pada kesempatan tersebut, Bung Karno yang juga sama-sama memiliki ideologi sosialis memberikan beberapa wejangan kepada tokoh revolusi Kuba tersebut tentang menjadikan negara yang mandiri dan berjuang sepenuhnya demi kesejahteraan umum. Hal unik terjadi dalam pertemuan tersebut, dimana Soekarno dan Fidel Castro sempat bertukar peci dan topinya. Soekarno juga tak ketingalan untuk memberikan cinderamata berupa peci dan keris yang membuat Fidel Castro sangat berbahagia atas pemberian tersebut. Tak hanya itu, Soekarno yang juga merupakan perokok aktif juga mendapatkan cerutu dari Fidel Castro dimana cerutu asal Kuba adalah yang terbaik di dunia. Kejadian tersebut membuat hubungan pribadi anatara Fidel Castro dan Bung Karno secara pribadi serta Kuba dan Indonesia secara diplomatik menjadi semakin hangat. Wejangan dari Bung Karno pun agaknya memiliki andil yang besar bagi Fidel Castro dalam mengambil kebijakannya. Dimana setelah kembalinya Soekarno ke Indonesia, Fidel Castro mengeluarkan Undang-undang mengenai kesejahteraan umum. Dimana kebijakan itu memberikan dampak yang sangat baik bagi rakyat Kuba yaitu dengan dibangunnya sekolah, rumah sakit serta fasilitas publik lainnya yang disubsidi oleh negara. Semua ini dilakukan demi kepentingan rakyat semata.
            Soekarno meninggal pada 21 Juni 1970 karena penyakit yang dideritanya, namun puluhan tahun setelah pertemuan yang sangat bernilai historis tersebut, Fidel Castro dan rakyat Kuba tetap tidak melupakan Soekarno sebagai guru mereka. Dimana pada tahun 2008, sebagai bentuk penghormatannya terhadap Bung Karno, Kuba merilis perangko bergambar dirinya. Tanggal 25 November 2016, di usianya yang sudah menginjak 90 tahun Fidel Castro meninggal juga akibat penyakitnya di usianya yang sudah semakin senja. Kini kedua pemimpin yang wajahnya telah beberapa kali menghiasi cover majalah TIME tersebut telah kembali menuju kehidupan yang kekal. Namun sosoknya beserta nilai-nilai perjuangan yang mereka perjuangkan akan selalu memiliki tempat di hati rakyatnya.

Sumber dan ilustrasi:

Komentar

  1. Plotnya keren.
    Tp masih ada yg bertele-tele & ga apa apa namanya juga belajar.
    Keep spirit :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perang opini antar media dalam aneksasi Crimea